Kepemimpinan Gus Dur, junjung tinggi Toleransi

Tema ini sangat menarik untuk dibahas, mengingat kondisi NKRI yang semakin lama semakin terprovokasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Indonesia seakan dipisahkan oleh pebedaan, padahal Indonesia memang terlahir dari banyaknya perbedaan dari segi suku, agama, dan lain-lain. Namun nampaknya, masyarakat jadi mudah di adu domba terlebih jika itu menyangkut tentang agama. Maka dari itu, perlu untuk kita masyarakat Indonesia mengingat jaman-jaman saat Gus dur memperjuangkan perbedaan itu menjadi satu kesatuan. Kyai Haji Abdurrahman wahid atau biasa disapa Gusdur merupakan salah satu tokoh yang menghargai keberadaan agama-agama lain di Indonesia, beliau lahir di jombang dikalangan keluarga kyai, Kakek dari Ayahnya sendiri merupakan pendiri Nahdatul Ulama (NU) yaitu KH. Hasyim Asyari. Lahir nya Gus dur di kalangan para kyai membuat ia banyak memiliki dan mengurus beberapa pesantren yang notabennya di pulau jawa. Gus dur pun memiliki citra positif di mata masyarakat muslim. Awal mula Gus dur masuk ke dunia politik saat ia mulai bergabung di PPP (Partai Persatuan Pembangunan). Namun seiring perjalanan, Gus dur pun mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan PKB pun menjadikan Gus dur sebagai calon kandidat presidennya. Pada Oktober 1999, Gusdur resmi menjad Presiden mengalahkan Megawati. Semasa pemerintahannya, Gus dur mulai menyetarakan hak agama-agama lain di Indonesia. Ia juga yang memberikan ijin etnis tionghoa untuk bebas beribadah. Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, Tionghoa bebas melakukan kegiatan agamanya di Indonesia, bahkan saking menghormati kebebasan beragama, Gus dur kerap kali menghadiri acara-acara yang diadakan oleh Umat lain sehingga membuat umat muslim merasa ada kejanggalan dari perilaku yang dilakukan Gus dur tersebut. Dibuku yang saya baca karya H. Hartono Ahmad Jaiz yang berjudul “menyakiti hati umat” terlihat jelas pada masa itu banyak umat muslim yang kecewa terhadap perilaku Gus dur, bahkan sikap Gus dur dianggap tidak sesuai dengan latar belakangnya. Dibuku itu juga tertulis betapa kecewanya umat muslim saat Gus Dur menghadiri acara Natal yang diadakan umat nasrani hingga berpidato yang sepertinya sedikit keliru menurut beberapa umat muslim yang lain. Sungguh ditahun itu, Gus dur kembali menjadi perbincangan para media. Di satu sisi, Gus dur telah mempersatukan NKRI dengan membebaskan agama lain untuk beribadah, tetapi disisi lain sikap toleransi Gus dur ini dianggap berlebihan oleh sebagian umat muslim. Namun apapun permasalahan yang terjadi pada tahun 90 an tersebut, saya berharap NKRI bisa lebih baik lagi, semoga masyarakat juga tidak mudah terprovokasi dengan opnum-opnum politik yang hanya menginginkan kekuasaan. Dan semoga juga permasalahan Gus dur di masa lalu tidak dijadikan sebagai alasan untuk membenci perbedaan, karna yang seharusnya kita ingat ialah saat Gus dur memimpin dengan menjunjung tinggi sikap toleransi. Apalagi di agama Islam juga diperbolehkan untuk bertoleransi seperti dalam surah Al Kafirun pada ayat terakhir yang berbunyi “untukku agamaku, dan untukmu agamamu” yang menandakan sikap bertoleransi. Maka dari itu, perlu nya untuk kita masyarakat Indonesia bersikap toleransi, agar Indonesia bisa menjadi negara yang penuh dengan kedamaian walaupun ada banyak perbedaan. Refrensi Buku: Jaiz, H. H. (2000). Menyakiti Hati Umat. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. Ridwan, N. K. (n.d.). Negara Bukan-bukan (Prisma Pemikiran Gus Dur tentang Negara Pancasila). Jakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanggapan saya tentang Politik di Indonesia

POLITICAL SCIENCE